JudulPENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN PATIN SIAM (Pangasius Hypopthalamus) |
Nama: SISMAYANTI |
Tahun: 2023 |
Abstrak Sismayanti (O 271 17 067) skripsi yang berjudul “Pengaruh Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Patin Siam (Pangasius Hypopthalamus)” Pembimbing Utama Ibu Dr. Ir. Zakirah Raihani Ya’la, M.Si., IPM dan Bapak Kasim Mansyur, S.T., M.Si,. selaku dosen pembimbing anggota Ikan patin siam (Pangasius hypophthalamus) merupakan spesies ikan air tawar dari jenis pangasidae yang memiliki ciri- ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri, fekunditas dan sintasannya tinggi, kecepatan tumbuh relatif cepat. Meskipun pertumbuhanya cepat dan mudah dibudidayakan, namun dalam proses budidayanya terdapat beberapa kendala. Salah satunya adalah kurangnya ketersediaan benih yang akan ditebar akibat tingginya kematian pada saat stadia larva. Kematian larva dapat disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan perairan terutama perubahan suhu. Penggunaan heater menjadi salah satu alternatif agar suhu berada dikisaran optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin siam. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh suhu yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan patin. Penelitian dilaksanakan selama 21 hari dimulai pada bulan Januari-Februari 2022. Kegiatan penelitian ini bertempat di Laboraterium Kualitas Air dan Biologi Akuatik, Fakultas Peternakan dan Perikanan. Orgnisme uji yang digunakan adalah larva ikan patin siam yang berumur 3 hari yang di peroleh dari UPR Saluyu desa Potoya, kecamatan Dolo. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi perlakuan A menggunakan suhu 26-27,9oC, Perlakuan B dengan suhu 28-29,9oC, Perlakuan C dengan suhu 30-31,9oC dan Perlakuan D dengan suhu 32-33,9oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada perlakuan C (0,111g). Hail pertumbuhan panjang mutlak tertinggi pada perlakuan C (1.7cm). Hasil kelangsunagn hidup teringgi pada perlakuan C (90%) dan persentase kelangsungan hidup terrendah pada perlakuakn A (24%). |