JudulPERSENTASE NISBAH KELAMIN JANTAN IKAN BANGGAI KARDINAL (Pterapogon Kauderni) MELALUI PERENDAMAN DALAM HORMON 17?-methyltestosteron PADA SUHU YANG BERBEDA |
Nama: DANIEL SAMBAENI |
Tahun: 2020 |
Abstrak Pterapogon kauderni atau Banggai cardinalfish (BCF) merupakan jenis ikan hias air laut yang bersifat endemik. Ikan ini hidup pada perairan dangkal dan bersimbiosis dengan anemon laut dan bulu babi yang berperan sebagai mikrohabitatnya. P. kauderni memiliki keunikan tersendiri mulai dari bentuk tubuh, tingkah laku, serta keindahan warnanya. Sehingga ikan ini banyak diminati oleh hobby fish dan penggemar aquascape air laut di luar dan dalam negeri, tercatat pada tahun 2000-2001 jumlah P. kauderni yang diperdagangkan mencapai 700.000-1,400.000 juta ekor. Jumlah ini tergolong sangat tinggi sehingga akan berdampak pada penurunan populasi dari P. kauderni itu sendiri. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penyedian induk jantan yang lebih banyak, karena indukan jantan sangat berperan penting dalam proses reproduksi, dimana indukan jantan akan mengerami telur di dalam mulutnya ±20 hari sampai menetas. Induk jantan dapat dihasilkan melalui teknik sex reversal (produksi monoseks) dengan pengaplikasian hormon 17?-methyltestosteron yang merupakan hormon pengarahan kelamin ikan dari betina menjadi jantan. Oleh karena itu, perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keberhasilan persentase kelamin jantan ikan Banggai kardinal (P. kauderni) melalui perendaman dalam hormon 17?-methyltestosteron pada suhu yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2020. Bertempat di Balai Pelatihan Budidaya dan Konservasi Laut, Desa Bone Baru, Kecamatan Banggai Utara, Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Ikan uji yang digunakan berupa larva ikan Banggai Kardinal (P. kauderni) berumur ± 20 hari yang diperoleh dari alam. Perlakuan pemberian hormon MT 2,5 mg/L pada suhu yang berbeda menunjukan bahwa perlakuan B (Perendaman pada suhu 34?C+2,5 MT) dan perlakuan C (Perendaman pada suhu 28?C+2,5 MT) adalah perlakuan terbaik dengan nilai persentase jantan yang sama yakni 86,67%. Walapun hasil yang diperoleh masih dibawah 90%, tetapi telah menujukan perbedaan nyata bila dibandingkan dengan perlakuan A (kontrol). Perubahan jenis kelamin ikan secara mendasar akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis ikan, dosis hormon, genetik ikan, umur ikan dan faktor lingkungan seperti suhu. Kelangsungan hidup yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 56%-62% dimana perlakuan A (kontrol) adalah perlakuan terbaik. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan yaitu kondisi lingkungan yang berubah-ubah seperti suhu dan salinitas. Perubahan suhu dan salinitas secara tiba-tiba akan membuat organisme akuatik stres akibat tekanan dalam air dan akan berujung pada kematian. Kata kunci: Ikan endemik, ikan hias air laut, maskulinisasi, perendaman larva pterapogon kauderni. |