Perpustakaan
DESKRIPSI DATA LENGKAP
JudulSIFAT KIMIA FISIK MIKROENKAPSULASI BUBUK TELUR DENGAN JAHE MERAH MENGGUNAKAN BEBERAPA PENYALUT MINYAK
Nama: I GEDE ADHITYA MAHENDRA
Tahun: 2024
Abstrak
SIFAT KIMIA FISIK MIKROENKAPSULASI BUBUK TELUR DENGAN JAHE MERAH MENGGUNAKAN BEBERAPA PENYALUT MINYAK Physical Chemical Properties of Microencapsulation of Egg Powder with Red Ginger Using Several Oil Coatings I Gede Adhitya Mahendra1*, Minarny Gobel2, Nova Rugayah2 1 Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta, Palu, Indonesia, 94118 2 Dosen Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta, Palu, Indonesia, 94118 *adhitya@gmail.com ABSTRAK Salah satu jenis bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyalut adalah jenis minyak. Beberapa jenis minyak dapat digunakan sebagai bahan penyalut adalah minyak biji bunga matahari, minyak zaitun, minyak wijen, dan minyakkemiri. Jenis jenis minyak ini mempunyai karakteristik tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik minyak penyalutterhadap kadar protein, kadar air, dan tingkat kelarutan mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe merah yang disalut dengan bahan minyak. Penelitian ini dilaksanakan bulan April- Juni 2023 di Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Tadulako (UNTAD). Bahan digunakan telur ayam kampung, minyakkemiri, minyak zaitun, minyak wijen, dan minyak biji bunga matahari. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 4 Perlakuan (Minyak Biji Bunga Matahari, Minyak Zaitun, Minyak Wijen, dan Minyak Kemiri) dengan 4 ulangan. Parameter diamati Kadar Protein, Kadar Air, dan Tingkat Kelarutan. Hasil penelitian bahan 4 jenis minyak dapatdigunakan sebagai penyalut mikroenkapsulasi bubuk telur ayam dan jahe merah. Kadar protein terbaik mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe diperoleh dari perlakuan dengan bahan penyalut minyak kemiri, sebesar 51.54%, kadar air terbaikdiperoleh dari perlakuan dengan penyalut minyak wijen, sebesar 4,50?n tingkatkelarutan terbaik diperoleh dari perlakuan dengan minyak zaitun sebagai bahan penyalut, sebesar 1.17%. Kata Kunci: Telur ayam, Jahe merah, Penyalut minyak, Mikroenkapsulasi ABSTRACT One type of material that can be used as a coating is oil. Several types of oil that can be used as a coating are sunflower seed oil, olive oil, sesame oil and candlenut oil. This type of oil has its own characteristics. This research aims to determine the characteristics of coating oil on protein content, water content and solubility level of microencapsulated egg and red ginger powder coated with oil. This research was carried out in April-June 2023 at the Chemistry Laboratory, Faculty of Mathematics and Natural Sciences (MIPA) Tadulako University (UNTAD). The ingredients used are free-range chicken eggs, candlenut oil, olive oil, sesame oil and sunflower seed oil. This research was experimental using a Completely Randomized Design (CRD), consisting of 4 treatments (Sunflower Seed Oil, Olive Oil, Sesame Oil, and Candlenut Oil) with 4 replications. The parameters observed were Protein Content, Water Content, and Solubility Level. The research results show that 4 types of oil can be used as a coating for microencapsulation of chicken egg powder and red ginger. The best protein content of egg and ginger powder microencapsulation was obtained from treatment with hazelnut oil as a coating agent, amounting to 51.54%, the best water content was obtained from treatment with sesame oil coating, amounting to 4.50% and the best solubility level was obtained from treatment with olive oil as a coating agent. , amounting to 1.17%. Keywords: Chicken eggs, red ginger, oil coating, microencapsulation PENDAHULUAN Telur ayam merupakan salah satu produk utama peternakan selain susu dan daging. Sebagai bahan pangan hasil ternak, telur tergolong memiliki banyak kelebihan, seperti kandungan gizi yang tinggi dan harganya yang relative murah dan mudah dijangkau oleh semua kalangan masyarakat jika dibandingkan dengan sumber bahan pangan lainnya (Wulandari dan Arif, 2022). Telur ayam mengandung nilai gizi yang cukup tinggi dengan komposisi gizi terdiri dari air 73,7 %, protein 12,9 %, lemak 11,2%, karbohidrat 0,9%, dan sedagkan kandungan lemak pada putih telur yang hampir tidak ada (Komala, 2008). Jahe merah (Zingiber ofjicinale Rosc.) mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas didalamtubuh (Murad dan Rey, 2002). Menurut Winarsi (2007), jahe merah memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi. Jahe merah juga memiliki manfaat melancarkan aliran darah sehingga dapat mencegah penggumpalan darah (Murad dan Rey. 2002). Berbagai komponen bioaktif yang terdapat pada jahe merah, disamping memperbaiki produktivitas juga mampu mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Jahe merah berkhasiat menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan memperbaiki pencernaan (Setyanto dkk., 2012). Berdasarkan hal tersebut kombinasi antara telur ayam dan jahe merah diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi untuk kesehatan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengkombinasikan telur dan jahe adalah dengan metode mikroenkapsulasi, yaitu membungkus bahan telur dan jahe sehingga kandungan dalam bubuk telur dan jahe dapat terjaga dari kerusakan fisik dan dapat disimpan lebih lama lagi. Metode enkapsulasi sendiri merupakan proses fisik untuk melindungi (membungkus) senyawa tertentu dari pengaruh lingkungan sekitar agar dapat disimpan dalam waktu lama dan mudah melepaskan senyawa tersebut saat dibutuhkan dalamkondisi tertentu. Selain itu metode enkapsulasi dapat juga digunakan untuk menghindari rasa, bau, serta tekstur yang kurang menyenangkan dari bahan (Palupi dkk., 2014; Zavareze dkk., 2014; Hasibuan dkk., 2017). Syarat bahan pembungkusuntuk proses mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe adalah bahan yang tidak bereaksi terhadap bubuk telur dan jahe (Nedovic dkk., 2011). MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2023 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako. Analisis protein dan kadar air dilakukan di Laboratorium kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu. Pengukuran kelarutan dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fapetkan, Universitas Tadulako 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Materi penelitian ini adalah telur ayamkampung yang diperoleh dari pasar Masomba Kota Palu dan beberapa penyalut minyak (Minyak Zaitun, Minyak Wijen, Minyak Kemiri, dan Minyak Biji Bunga Matahari) yang diperoleh di Supermarket. Bahan utama yaitu telur ayam kampung sebanyak100 butir dan jahe merah. Sedangkan bahan lain yang digunakan dalam pembuatan tepung dengan metode pengeringan lapis (pan drying) adalah maltodekstrin, tissue, dan lain sebagainya. 3.2.2 Alat Peralatan yang digunakan meliputi alat pemisah bagian putih dan kuning telur, batang pengaduk, loyang berukuran 38,5 x 26,5 x 2 cm, mangkuk alumunium, alumunium foil, timbangan analitik, gelas ukur, stopwatch, oven, pisau, parutan keju, saringan teh, blender, kertas label, dan lain sebagainya. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Rancangan Percobaan Penelitian eksperimental ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL),terdiri dari 4 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagaiberikut : M1 = Minyak Zaitun M2 = Minyak Wijen M3 = Minyak Kemiri M4 = Minyak Biji Bunga Matahari 3.3.2 Prosedur Pembuatan Enkapsulasi Bubuk Telur dan Jahe Merah Gambar 3-1 Diagram Alir Prosedur Pembuatan Mikroenkapsulasi Bubuk Telur dan Jahe Merah. 3.4 Parameter yang diamati 3.4.1 Kadar Protein (AOAC, 2005) Tahap Destruksi dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 0,5 gram yang telah dihaluskan dan kemudian dimasukkan ke dalam tabun Kjeldahl 100ml yang kemudian ditambahkan 10 ml asam sulfat pekat dan katalisator kurang lebih 1 gram. Labu Kjeldahl dipanaskan pada kompor destruksi pada suhu 2700 ?selama 2 jam atau saat warna larutan menjadi jernih kehijauan (AOAC, 2005). Tabung destruksi kemudian didinginkan dan ditepatkan volumenya dengan aquadessampai 50 mL. Sebanyak 20 mL cairan diambil dan dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian 20 mL NaOH 40% ditambahkan dengan hati- hati melalui dinding. Indikator pp ditambahkan sebanyak 3 tetes. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan aquades sebagai pengurang. Labu destilasi dipasangkan pada alat dan kondensor dinyalakan dan ujungnya dibenamkan dalam cairan penampung. Erlenmeyer yang berisi 20 mL larutan asam borax 0,1N yang sudah ditambahkan indikator metil merah sebanyak 3 tetes digunakan sebagai penampunghasil destilasi (AOAC, 2005). Cairan destilat ditampung sesuai waktu lama perlakuan yaitu 5, 7 dan 10 menit. Sampel dan blanko hasil destilasi kemudian dititrasi menggunakan larutanb HCl 0,1 N. Proses titrasi diakhiri sampai warna larutan pada Erlenmeyer berubah dari warna hijau muda menjadi ungu muda yangmenandakan semua unsur N tepat berekasi dengan Cl (AOAC, 2005). Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. 3.4.1 Kadar Air (AOAC, 2005) Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan.Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering(dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini bergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan metode oven pada suhu 105-130 C.Sampel sejumlah 3-5 gram ditimbang (a) dan dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya (b). Kemudian sampel dan cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105-130 selama 5 jam. Cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang,kemudian dikeringkan kembali sampai diperoleh bobot tetap (c). Kadar air sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (a+c) –b Keterangan : A = Berat cawan kosong (g) B = Berat cawan + sampel awal (g) C= Berat cawan + sampel kering (g) 3.4.2 Tingkat Kelarutan (AOAC, 2005) Kelarutan adalah kemudahan bubuk larut ketika ditambahkan air panas. Nilaikelarutan suatu produk merupakan parameter penting dan merupakan persyaratan minuman serbuk instan. Semakin tinggi nilai kelarutan semakin sedikit ampas yangterikut dalam produk seduhnya. Semakin besar daya larut maka semakin tinggi pulakualitas produk minuman instan tersebut, karena mengindikasikan bahwa produk tersebut lebih cepat larut saat dicampur dengan air. Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dan dilarutkan dengan aquades 150 ml dan disaring dengan kertas whatman no 41, sebelum digunakan kertas saring tersebut dikeringkan terlebih dahulu dalam oven 105oC selama 30 menit dan ditimbang. Setelah penyaringan kertas saring beserta residu dikeringkan dalam oven 105oC selama 3 jam lalu ditimbang. c - b Kelarutan = 1 – 100-%ka x a X 1000 Keterangan : a = berat sampel (gr) b = berat kertas saring (gr) c = berat kertas saring + residu (gr) ka = kadar air sampel (?) 3.5. Analisis Data Data yang diperoleh dari semua peubah yang diamati dianalisis secara statistik menurut petunjuk Steel dan Torrie (1991). Adapun model matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan setiap dari nilai pengamatan yang telah sesuai dengan rancangan adalah sebagai berikut: Yij = ? + ai + ?ij Dimana : Yij = Nilai pengamatan perlakuan ? = Rataan umum pengamatan ai = Pengaruh perlakuan ke-i ?i = Galat percobaan i = Banyaknya perlakuan (M1, M2, M3, dan M4) j = Banyaknya ulangan (1,2,3, dan 4) Apabila hasil analisis ragam menunjukkan ada pengaruh perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Protein Mikroenkapsulasi Bubuk Telur dan Jahe Merah yang disalut dengan Beberapa Penyalut Minyak Data analisis sidik ragam kadar protein mikroenkapsulasi bubuk telur denganjahe merah menggunakan bebera jenis minyak penyalut disajikan pada lampiran 1.Rataan kadar protein mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe yang disalut dengan beberapa jenis minyak sebagai penyalut masing–masing perlakuan disajikan pada gambar 4-1. sebagai berikut. Ganbar 4-1 Kadar protein mikroenkapsulasi bubuk telur dengan jahe merah yang disalut dengan beberapa jenis minyak Hasil analisis ragam protein mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe merah yang disalut dengan beberapa jenis minyak menunjukkan bahwa perlakuan minyak sebagai penyalut memberikan pengaruh yang sangat nyata (P>0,01). Hasil uji BedaNyata Jujur (BNJ) kadar protein mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe yang disalutdengan beberapa jenis minyak berbeda menunjukkan perbedaan signifikan. Kadar protein terbaik diperoleh dari mikroenkapsulasi telur dan jahe yang disalut denganminyak kemiri, dengan kadar protein sebesar 51,54%, sedangkan mikroenkapsulasi telur dan jahe yang disalut dengan minyak zaitun sebesar 49,62%, mikroenkapsulasi telur dan jahe yang disalut dengan minyak wijen sebesar 38,65%,dan terkecil diperoleh dari mikroenkapsulasi telur dan jahe yang disalut dengan minyak biji bunga matahari, yaitu sebesar 36,96%. Perbedaan kadar protein dari tiap jenis minyak penyalut mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe menunjukkan bahwa karakteristik dari minyak penyalutmempunyai peranan penting dalam mempertahankan kandungan protein mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe. Protein sendiri merupakan senyawa yang sangat peka terhadap perubahan fisik dan kimia, seperti suhu, oksidasi dan tingkat keasaman (pH), sehingga diduga tahapan proses pengeringan dengan oven vacuumpada suhu 50 0C selama 12 jam menjadi bagian penting dimana masing masing minyak penyalut dapat dilihat kemampuannya mempertahankan kandungan protein mikroenkapsulasi bubuk tekur dan jahe merah (Winarno, 2004). Semua jenisminyak penyalut yang digunakan sebagai perlakuan mempunyai karakteristik tersendiri, salah satunya mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh baik rantai tunggal maupun rantau jamak. dalam penelitiannya Dalam minyak kemiri terkandung asam lemak jenuh dan tak jenuh rantai tunggal dan jamak lebih beragamdibanding jenis minyak penyalut lainnya. Dalam minyak kemiri terkandung asam lemak jenuh palmitat 55%, stearate 6,7%, asam lemak tak jenuh rantai jamak 48,5%linoleat, linolenat 28,5%, dan asam lemak tak jenuh rantai tunggal oleat 10,5%. Minyak wijen mengandung asam lemak jenuh rantai jamak linoleat 35,5-49,5 %,linolenat 37,5 – 45,4 ?n asam lemak tak jenuh rantai tunggal oleat 45,4%. Minyak wijen mengandung asam lemak tak jenuh palmitat 9,1%, stearat 4,3?natachidat 0,8%. Minyak biji bungan matahari mengandung asam lemak tak jenuh rantai tunggal asam oleat 14–40 %, asam lemak tak jenuh ranjai jamak linoleat 48–74 %, asam lemak jenuh palmitat 4–9, stearat 1–7% (Husna dkk., 2012; Li dan Wang, 2018;Susanti dkk., 2019; Gultom, 2017). Sukandar dkk., (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa bahwa jumlah kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh dalam minyak mempengaruhi (Gultom, 2017). Berdasarkan nilai kadar protein mikroenkapsulasi bubuk telur danjahe merah yang disalut dengan minyak kemiri dan minyak zaitun diatas telah memenuhi syarat kadar protein tepung telur sesuai dengan SNI 01-4323-1996, yaituminimal 45 %. 4.2 Kadar Air Mikroenkapsulasi Bubuk Telur dengan Jahe Merah yang disalut dengan Beberapa Penyalut Minyak Data pengamatan dan sidik ragam kadar air mikroenkapsulasi bubuk telur dengan jahe merah menggunakan beberapa penyalut minyak disajikan pada Lampiran 2. Rataan kadar protein mikroenkapsulasi bubuk telur dengan beberapa penyalut minyak dari masing–masing perlakuan disajikan pada Gambar 4-2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kadar air mikroenkapsulasi bubuk telur yang disalut dengan beberapa jenis minyak. Ganbar 4.2 Kadar air mikroenkapsulasi bubuk telur dengan jahe merah (%) Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ) menunjukan bahwa kadar air mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe merah yang disalut dengan minyak zaitun (5,17%) dan minyak bunga matahari (5,14%) tidak berbeda signifikan. Sedangkanperlakuan dengan jenis minyak penyalut minyak kemiri (4,61) dan minyak wijen (4,50) tidak berbeda signifikan. Nilai kadar air diatas lebih baik dari hasil penelitianPratama, (2023), dimana kadar air kadar air enkapsulasi putih telur dengan berbagaijenis minyak penyalut bernilai 6,022%. Semakin kecil kadar air suatu bahan maka akan semakin baik. Standar kadar air bahan tepung telur tepung telur sesuai SNI 01-4323- 1996 adalah 6.74 %. Sedangkan kadar air untuk tepung putih telur SNI 01-4323-1996 maksimal 8 % atau 7.17 %. Kadar air tepung kuning telur sesuai dengan SNI 01-4323-1996 maksimal 5 % atau 3.88 %. Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa kandungan kadar air mikroenkpsulasi tepung telur dan jahe yang disalut dengan beebrapa jenis minyak masih memenuhi standar SNI 01-4323-1996. Nilai kadar airmikroenkpsulasi tepung telur dan jahe yang disalut dengan beebrapa jenis minyak. 4.3 Tingkat Kelarutan Mikroenkapsulasi Bubuk Telur dengan Jahe Merah yang disalut dengan Beberapa Penyalut Minyak (%) Data pengamatan dan sidik ragam kelarutan mikroenkapsulasi bubuk telur dengan jahe merah menggunakan beberapa penyalut minyak disajikan pada Lampiran Rataan kelarutan mikroenkapsulasi bubuk telur dengan beberapa penyalut minyak dari masing–masing perlakuan disajikan pada sebagai berikut. Ganbar 4-3 Rataan kelarutan mikroenkapsulasi bubuk telur dengan jahe merah (%) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P>0,01) terhadap kelarutan mikroenkapsulasi bubuk telur dengan berbagai penyalut minyak. Hasil uji Beda Nyata Jujur (BNJ) menunjukan bahwa mikroenkapsulasi bubuk telur dan jahe merah yan disalut dengan minyak zaitun (1,17), minyak biji bunga matahari (1,19) dan minyak wijen (1,21) berbeda signifikan terhadap perlakuan dengan penyalut minyak kemiri 1,36). Kelarutan tepung telur ayam menunjukan kemampuan tepung telur ayam untuk larut dalam air. Indeks kelarutan berhubungan dengan kadar protein. (Abrehaa dkk,. (2021) nilai indeks kelarutan bubuk telur ayam adalah 88 - 96 dengan suhu optimum 44 0C. Kelarutan suatu bahan salah satunya ditentukan dari proses pengeringan Winarno dan Koswara (2002). selaras dengan nilai kadarprotein dari perlakuan berbagai jenis minyak diatas, lama dan suhu pengeringan tidak berdampak signifikan terhadap indeks kelaurtan, suhu optimum sehingga terbentuk koagulasi protein 66,5 0C sehingga nilai indek kelarutan mikroenkapsulasi bubuk telur ayam dan jahe merah yang disalut dengan beberapa jenis minyak masih dalam kategori baik (Abrehaa dkk,. 2021; Ndife dkk., 2010). Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diperoleh informasi bahwa jenis minyak dapat digunakan sebagai bahan penyalut mikroenkapsulasi bubuk telur ayam dengan jahe merah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa bahan jenis minyak dapat digunakan sebagai penyalut mikroenkapsulasi bubuk telur ayam dan jahe merah. Kadar protein terbaik Mikroenlapsualsi bubuk telur dan jahe diperoleh dari perlakuan dengan bahan penyalut minyak kemiri, sebesar 51.54%, kadar air terbiakdiperoleh dari perlakuan dengan penyalut minyak wijen, sebesar 4,50?n tingkatkelarutan terbaik diperoleh dari perlakuan dengan minyak zaitun sebagai bahan penyalut, sebesar 1.17%. DAFTAR PUSTAKA Abrehaa, E., P. Getachewa, A. Laillou, S. Chitekweb, dan K, Baye., 2021. Physico-chemical and functionality of air and spray dried egg powder : implications to improving diets. Internasional journal of Food Properties. 24(1): 152-162. Astawan. M, Nasution, Anas. N, dan Wresdiyanti. T., 2015. Fakta dan Manfaat Minyak Zaitun, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Badwilan, Salim, A., 2010. At-Tadawi bi Zaytiz Zaytun. Asrar wa I’jaz. Penerjemah : Hawin Murtadlo. Surakarta : THIBBIA. Fauziah, M.U., Supriadin, A. dan Berghuis, N. T., 2017. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol pada ekstrak virgin minyak zaitun kemasan. al-Kimiya, 4(2) : 61?69. Fitiani, L. dan Andalas, U., 2010. Formulasi Mikroenkapsulasi Protein Dalam Poli (D, L-Laktida) Dengan Teknik Penguapan Pelarut. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 15(1) : 34-41. Hakim, Lukman., 1984. Kemungkinan pemanfaatan minyak kemiri dalam farmasidan makanan. Universitas Gadjah Mada : Fakultas Farmasi. Halvorson WL., 2003. Helianthus Annus L.U.S. geological Survey/SouthwestBiological Sciene Center. 1-26. Hammad, S., 2010. 70 Resep Sehat dengan Minyak Zaitun. Aqwam Medika.Jakarta Handajani, S., Manuhara, G.J.R., Anandito, R.B.K,. 2010. Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Minyak Wijen Sesamumindicum L. Jurnal Agritech. Jurusan Teknologi Pertanian UNS.Surakarta. 30(2). Hasibuan, N.E., Tamrin & Muis, Y., 2017. Mikroenkapsulasi minyak ikan pora- pora (Mystacoleucus padangensis) menggunakan metode spray drying untuk aplikasi nutrisi makanan. Jurnal Kimia Mulawarman, 14 : 108–114. Husna, Suryanto, Purba, D., 2012. Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari dalam Sediaan Krim Tangan. Universitas Sumatra Utara. SumatraUtara. Gultom, R., 2017. Karakterisasi minyak biji kemiri (Candlenut Oil) terhadap pengaruh penambahan antioksidan Butil Hidroksi Toluene (BHT). Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda, 1(1) : 1–6. Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UniversitasIndonesia Pres. Jakarta. Katja, D. G.. 2012. Kualitas Minyak Bunga Matahari KomersialDan Minyak Hasil Ekstraksi Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmiah Sains.12(1). Koen, M.A.R., Wahyuningsih, S., dan Widodo, E. 2018. Pengaruh penggunaantepung biji kemiri dalam pakan terhadap kinerja reproduksi burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). Jurnal Nutrisi Ternak Tropis. 1(1):24-33. Komala, I., 2008. Kandungan Gizi Produk Peternakan. Jurnal Student masterAnimal Science, Faculty Agriculture-UPM. Lamuela-Raventos R.M., Ginemo, E., Fito, M., Castellote, A.L., Covas, M., Torre-Boronat, M.C.D.L., Lopez-Sabater, M.C. 2004. Interaction of olive oil phenol antioxidant components with low- density lipoprotein. Journal Biol. Vol. 37 (2) : 247-252. Meisyahputri, B. dan Ardiaria, M., 2017. Pengaruh Pemberian Kombinasi Minyak Rami Dengan Minyak Wijen Terhadap Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) Pada Tikus Sprague Dawley Dislipidemia. Journal of Nutrition College, 6( 1) : 35. Murad. H and Rey. D. M. 2002. Pharmaceutical Compositions and Methods for Reducing the Appearance of Cellulite, U.S. Patent. Nedovic, V., Kalusevic, A., Manojlovic, V., Levic, S., dan Bugarski, B., 2011. An overview of encapsulation technologies for food applications. Procedia Food Science, 1 : 1806–1815. Nurhasanah, S., Komari., Haryadi, P., Budijanto, S., 2011. Micro-Encapsulation ofFatty Acid Rich in DHA for Food Fortification. Bionatura – Jurnal Ilmu- ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 13 (2): 141– 150. Palupi, N.W., Setiadi, P.K.J., Yuwanti, S. 2014. Enkapsulasi Cabai Merah DenganTeknik Caocervation Menggunakan Alginate Yang Disubstitusi Dengan Tapioca Terfotooksidasi. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 3 (3) : 87-93. Pratama, D. S., 2023. Penerapan Metode Enkapsulasi Kering Pada Protein Albumin Putih Telur Ayam Ras. Skripsi, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako. Prastya, O.A., Utama, I.M.S., Yulianti, N.L. 2015. Pengaruh Pelapisan Emulsi Minyak Wijen Dan Minyak Sereh Terhadap Mutu Dan Masa Simpan Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Fakultas Teknologi Pertanian.Teknik Pertanian. Universitas Udayana. Bali. Rindiani. 2015. Khasiat Putih Telur untuk Penyembuhan Luka. Yogyakarta: Nuhamedika. Saini S, Sharma S. 2011. Helianthus Annus (Asteraceae). A Review. Internatonal Journal of pharma professional’s Reaserch. 2(4):465-470. Setyanto, A., U. Atmomarsono, dan R. Muryani., 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Jahe Emprit (Zingiber officinale var Amarum) dalam Ransumterhadap Laju Pakan dan Kecernaan Pakan Ayam Kampung Umur 12 Minggu. Animal Agriculture Journal. 1 (1): 711-720. Sukandar, D., Hermanto, S dan Silvia, E., 2009. sifat fisiko kimia dan aktivitas antioksidan minyak kelapa murni VCO hasil fermentasi Rhizopus orizae. JKTI. 11(2). Susanti, M.T., 2008. Microencapsulation Of Oleoresin Betel Leaf (Piper Betle L.), For Bandeng Fish (Chanos-Chanos Forsk) Hight Lysine Pr. Jurnal LitbangProvinsi Jawa Tengah, 6 (1). Syukri., Hutomo, G. S dan Ndobe, S. 2022. Perlakuan Jenis Minyak Berbeda Sebagai Bahan Enkapsulasi Hidrolisat Ikan Gabus (Channa striata). JPB Kelautan dan Perikanan. 17(2): 145- 156. Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kansius. Yogyakarta. Winarno F.G., 2004. Kimia pangan dan gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Winarno, F. G., dan S. Koswara., 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor. Witantri. H., Suprijatna. E dan Sarengat, W., 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Jahe Merah (Zingiber officinale var Rubrum) dalam Ransum terhadapKualitas Telur Ayam Kampung Periode Layer. Animal Agriculture Journal, Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro.Semarang.2(1):383. Wulandari, Z., 2018. Karakteristik Lisozim Dari Telur Unggas Lokal Sebagai Pemanis. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Wulandari, Z., Arief, I. I.. 2022. Review: Tepung Telur Ayam: Nilai Gizi, SifatFungsional dan Manfaat. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 10(2): 62-68. Yamlean, P.V.Y., Queljoe, E.D., Bodhi, W. 2019. Variasi Basis Salep Minyak Kemiri (Aleurites moluccana) dan Uji Daya Penyembuhannya pada Luka Kelinci. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 17(2) : 232-237. Zavareze, E.dR., Telles, A.C., El Halal, S.M. L., dan Rocha, M., Colussi, R., de Assis, L.M, deCastro, L.A.S., Dias, A.R.G dan Prentice-Hernández, C. 2014. Production and characterization of encapsulated antioxidative protein hydrolysates from whitemouth croaker (Micropogonias furnieri) muscle and byproduct. LWT - Food Science and Technology, 59(2), 841–848.

Sign In to Perpus

Don't have an account? Sign Up