JudulHUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI PUSKESMAS BIROBULI KOTA PALU |
Nama: ANDI SAUSAN DARAULENG |
Tahun: 2025 |
Abstrak HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI PUSKESMAS BIROBULI KOTA PALU Andi Sausan1 , Elli Yane Bangkele2 , Rahma3 , Sumarni4 1Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako 2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako ABSTRAK Latar Belakang : Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan pada balita yang memiliki tinggi badan dibawah normal jika dibandingkan dengan anak seusianya. Pendapatan keluarga sebagai faktor sosial ekonomi, jumlah anggota keluarga, serta pendidikan orang tua sangatlah berpengaruh pada kejadian stunting yang merujuk pada buruk kualitas dan kuantitasnya asupan gizi serta meningkatnya insiden penyakit. Balita stunting mempunyai tingkatan risiko gangguan kognitif, gangguan perilaku, morbiditas dan mortalitas hingga menyebabkan kerugian ekonomi jangka Panjang bagi negara. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) untuk nasional prevalensi stunting sebesar 30,8 %. Prevalensi stunting di Sulawesi Tengah berada di 10 besar data stunting tertinggi di Indonesia sebanyak 32,2 %. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Birobuli Kota Palu Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain case control. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 57 balita normal dan 57 balita stunting. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil : Analisis bivariat menggunakan chi square test. Dari hasil uji didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir ayah (p=0,574) dengan kejadian stunting, dan tidak terdapat pula hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua (p=0,349) dengan kejadian stunting. Sedangkan pada pendidikan terakhir ibu terdapat hubungan yang bermakna yaitu (p=0,000) dengan kejadian stunting serta terdapat juga hubungan yang bermakna antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Birobuli Kota Palu. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan terakhir ibu dan jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di puskesmas Birobuli Kota Palu, sedangkan pada tingkat pendidikan terakhir ayah dan pendapatan keluarga tidak terdapat hubungan yang signifikan pada kejadian stunting balita usia 24-59 bulan di puskesmas Birobuli Kota Palu. Kata Kunci : Stunting, Balita, Faktor Sosial Ekonomi |