JudulHUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP NILAI AMBANG DENGAR PADA PEKERJA DI PT. SINOTRANS CSC INDONESIA DAN HARAPAN TEXT JAYA PALU |
Nama: ZALSABILLA INTAN PUTRI |
Tahun: 2022 |
Abstrak Latar belakang : kebisingan adalah suatu gangguan lingkungan yang diartikan sebagai suara yang mengganggu di suatu tempat atau waktu yang tidak sesuai. Paparan kebisingan dengan intensitas melebihi NAB dapat berisiko timbulnya beberapa gangguan yaitu gangguan organ pendengaran seperti ketulian. Suatu studi mendapatkan bahwa Indonesia sebagai negara di Asia Tenggara yang memiliki kasus terbanyak yaitu 36 juta (16,8%) dari total populasi mengalami gangguan pada organ pendengaran akibat paparan bising di tempat kerja, dengan 18.000 diantaranya terdiagnosis menderita Noise Induced Hearing Lost (NIHL). Metode : Jenis penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional. Banyaknya sampel pada penelitian ini yaitu 30 responden yang berasal dari 2 perusahaan yang berbeda. Dilakukannya pengukuran menggunakan sound level meter untuk menilai tinggkat kebisingan dan audiometer sebagai alat ukur untuk menilai ambang dengar pada responden. Hasil: Hasil penelitian ini pada kedua tempat penelitian, intensitas kebisingan yang melewati ketetapan ambang batas yang diperbolehkan kepmenaker 2011, yaitu >85 dB. Hasil analisis intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar pada telinga kanan menunjukan koefisien korelasi 0,062 arah positif (+) dan p-value 0,746. Sedangkan Hasil analisis data intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar pada telinga kiri menunjukan koefisien korelasi -0,034 arah negatif (-) dan p-value 0,856. Kesimpulan: pada penelitian ini didapatkan nilai ambang dengar >85 dB, dan tidak adanya signifikansi antara intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar Kata Kunci: Intensitas kebisingan, Nilai ambang dengar. Steady state and narrow band noise, Noise Induced Hearing Loss. |