JudulKEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKROSKOPIS PADA HUTAN PRIMER DAN AGROFORESTRY DI DESA BOMBA KECAMATAN LORE SELATAN KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH |
Nama: WILLIAM BRAM MANGA |
Tahun: 2025 |
Abstrak ndonesia merupakan negara yang memiliki banyak hutan hujan tropis yabg luas dengan keankearagaman spesies yang tinggi, salah satu keankearagamn tersebut yaitu jamur makroskopis. Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau Indonesia dengan tingkat endemisitas biodeversitas flora dan fauna yang tinggi. Salah satu organisme yang memilkiki peranan penting dalam hutan adalah jamur Makroskopis. Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengrtahui Keanekaragaman jenis jamur Makroskopis pada hutan Primer dan lahan agroforestry Di desa bomba Kabupaten poso Sulawesi Tengah. Penelitiaan ini dilakukan selama ± 3 bulan dari bulan Agustus sampai Oktober 2023, yang bertempat di hutan primer dan lahan agroforestry di Desa Bomba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Penentuaan lokasi peletakan dan pembuatan plot berdasarkan metode deskriptif di mana dengan melihat kondisi lahan yang memungkinkan untuk ditumbuhi jamur Makroskopis. Pengamatan jamur makrokopis dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan membuat sampling plot berukuran 20 x 20 m didalam jalur pengamatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, Jumlah jamur Makroskopis yang ditemukan di Hutan Primer Sebanyak 80 jenis jamur Makroskopis, dari 80 jenis jamur, yang di peroleh 77 jenis termasuk divisi Ascomycota, 2 jenis jamur termasuk divisi Ascomycota dan 1 jenis jamus termasuk divisi Eukaryota. Yang terbagi menjadi 10 Ordo Yaitu, Polyporales, Agaricales, Hymenochaetales, Russulales, Xylariales, Auriculariales, Peltigerales, Gilledfungi, Aurikuler, Dan Boletales. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman di lokasi Hutan Primer Yaitu H’>4=4.0734 Keanekaragamannya tinggi, Sedangkan di Lokasi Lahan Agroforestry yaitu H’>3=3.6588 Keanekaragamannya juga tinngi. Jika dilihat dari perbandingan jumlah keanekaragaman jenis jamur makroskopis Hutan Primer lebih tinggi keanekaragamannya. Hal ini disesuaikan dengan indeks keanekaragaman jenis yang di temukan di lokasi penelitian, penggolongan indeks keanekaragaman dikatakan rendah apabilah H<1>3 . |