JudulPertumbuhan Stek Cabang Bambu Tutul (Bambusa Maculata) Dan Bambu Petung (Dendro Calamus Asper) Pada Berbagai Posisi Stek Pada Batang |
Nama: AHMAD FAUZI |
Tahun: 2020 |
Abstrak RINGKASAN AHMAD FAUZI – L 131 16 227. Pertumbuhan Stek Cabang Bambu Tutul (Bambusa maculata) Dan Bambu Petung (Dendrocalamus asper) Pada Berbagai Posisi Stek Pada Batang. Dibimbing Oleh Yusran. Bambu merupakan salah satu jenis tanaman hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam budidaya bambu ini yaitu pemenuhan bibit tanaman. Perkembangbiakan secara generatif sangat sulit dilakukan mengingat jarang ditemui biji bambu. Oleh karena itu dicari alternatif lain dengan menggunakan stek batang atau stek cabang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan stek batang bambu Tutul (Bambusa maculata) dan bambu Petung (Dendrocalamus asper) pada berbagai posisi stek pada cabang. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari Januari sampai dengan Maret 2020 bertempat di persemaian kelompok tani Rano Indah Desa Uwemanje Kabupaten Sigi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis bambu terdiri atas perlakuan yaitu bambu tutul (Bambusa maculata) (B1) dan bambu petung (Dendrocalamus asper) (B2). Faktor kedua yaitu posisi stek cabang terdiri atas tiga perlakuan yaitu, stek cabang pada bagian pangkal (S1), stek cabang pada bagian tengah (S2), stek cabang pada bagian ujung (S3). Parameter yang diamati adalah saat muncul tunas, tinggi tunas, jumlah tunas, dan jumlah daun. Dan analisis data menggunakan sidik ragam uji F 5%, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis bambu berpengaruh nyata terhadap parameter saat muncul tunas, tinggi tunas, jumlah tunas serta jumlah daun. Sementara posisi stek pada batang, kecuali pada parameter jumlah tunas. Saat muncul tunas lebih singkat dan tinggi tunas, jumlah tunas serta jumlah daun yang lebih besar pada bambu petung (B2) yaitu 25,05 hari, 101,55 cm, 6,65 helai serta 23,35 buah dibandingkan dengan bambu tutul (B1). Saat muncul tunas lebih singkat tinggi tunas, serta jumlah daun yang lebih besar pada posisi stek yang berasal dari ujung (S3) dibanding dengan tengah dan pangkal batang (S1 & S2) yaitu 18,5 hari, 60,3 cm, 14,7 helai. Interaksi perlakuan faktor jenis bambu dan posisi stek pada batang berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. |