JudulPOTENSI GEOSITE SEBAGAI OBJEK GEOWISATA SESAR PALU KORO SULAWESI TENGAH (STUDI KASUS KLASTER LEMBAH KOTA PALU, SIGI DAN DONGGALA) |
Nama: NUR MIFTAHUL JANNAH |
Tahun: 2024 |
Abstrak Pentingnya posisi sektor pariwisata terutama potensi pariwisata minat khusus seperti geowisata dan ingin menjadikan geowisata sebagai salah satu paradigma baru dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable tourism development) dengan sasaran salah satunya adalah untuk, meningkatkan lama berkunjung wistawan, meningkatkan wisata edukasi di Sulawesi Tengah. Dengan adanya keanekaragaman geologi, biologi dan budaya. Mengingat adanya sesar Palu Koro yang menciptakan kawasan berbahaya, akan tetapi di sisi lain bisa menjadi positif yang kemudian dikembangkan menjadi destinasi geowisata yaitu kawasan jalur sesar/patahan Palu Koro. Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi situs geologi yang merupakan objek geowisata sesar Palu-Koro Sulawesi Tengah (Studi Kasus di Klaster Lembah Kota Palu, Sigi dan Donggala). Untuk mengetahui potensi situs geologi yang ada, dilakukan inventarisasi pada setiap situs geologi. Setelah melakukan inventarisasi, dilakukan metode penilaian warisan inventarisasi geologi untuk memberikan penilaian terhadap lokasi yang berpotensi sebagai situs geologi yang meliputi aspek nilai-nilai sains, nilai-nilai edukasi, nilai-nilai pariwisata dan asesmen resiko degradasi. Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan, didapatkan Dari total tujuh geosite yang ada, dapat disimpulkan terdapat 5 geosite yang bernilai sedang karena berada pada klasifikasi nilai di antara 201-300, yakni geosite; likuifaksi Balaroa, Likuifaksi Petobo, Mata Air Panas Bora, Danau Lindu, dan Danau Talaga. Adapun yang bernilai tinggi yakni Pantai Bambarano karena berada pada nilai di antara 301-400. Sedangkan geosite yang bernilai rendah yakni geosite Air Terjun Panas Maima berada pada nilai <200.Di balik hasil asesmen yang diperoleh yakni tinggi, sedang dan rendah pada geosite yang telah dilakukan penilaian kuantitatif, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai asesmen pada setiap geosite terutama geosite Air Terjun Panas Maima seperti, kurangnya sarana pendukung, aksesibilitas yang tidak mumpuni, penggunaan pedagogi yang belum maksimal, publikasi ilmiah yang masih kurang, serta belum adanya penguatan aktivitas ekonomi. Untuk mengatasi beberapa permasalahan di atas dibutuhkan penanganan atau perbaikan berupa adanya perhatian dan koordinasi pemerintah dan stakeholder yang berwenang, publikasi jurnal ilmiah, menambahkan informasi yang memuat sisi keilmuan, menyediakan wisata berbasis pendidikan, dan pengadaan sarana dan prasarana serta penguatan aktivitas ekonomi. |