JudulPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA MENGGUNAKAN SISTEM BASE ISOLATION |
Nama: MOH. DIMAS INDRAWAN |
Tahun: 2025 |
Abstrak Gempa bumi yang mengguncang Kota Palu pada 28 September 2018 dengan magnitudo 7,5 mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang sangat parah dan menelan korban jiwa dalam jumlah besar. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya penerapan teknologi mitigasi bencana dalam perencanaan struktur bangunan, terutama di wilayah rawan gempa. Penelitian ini bertujuan untuk merancang struktur gedung tahan gempa dengan menerapkan sistem base isolation, menggunakan metode analisis dinamik respons spektrum berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 12. Gedung yang direncanakan berfungsi sebagai fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit), dengan sistem struktur menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Material utama struktur adalah beton bertulang dengan mutu f’c = 30 MPa dan baja tulangan dengan kekuatan leleh fy = 420 MPa. Hasil analisis pemodelan menunjukkan bahwa penerapan sistem base isolation secara signifikan meningkatkan kinerja seismik struktur. Rata-rata peningkatan periode getar struktur mencapai 3,458 detik dengan presentase kenaikan sebesar 221 % untuk batas bawah dan untuk batas atas sebesar 2,732 detik dengan presentase kenaikan sebesar 156%. Selain itu, struktur dengan isolator dasar menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam menghindari resonansi terhadap frekuensi gempa tinggi, dengan reduksi gaya geser rata-rata sebesar 27% pada arah-X dan 25% pada arah-Y. Sistem isolasi juga terbukti efektif dalam mengurangi simpangan antar lantai (inelastic inter-story drift) lebih dari 50%, yang sangat penting untuk menjaga integritas struktur dan kenyamanan penghuni selama gempa. Perencanaan menghasilkan tiga tipe Lead Rubber Bearing (LRB) yaitu: LRB-A diameter 800 mm, LRB- B diameter 750 mm, dan LRB-C diameter 700 mm. Dimensi elemen struktur atas yang diperoleh antara lain: kolom pedestal (1200 × 1200 mm), kolom K1 (800 × 800 mm), K2 (700 × 700 mm), K3 (500 × 500 mm), balok induk B1 (450 × 700 mm), B2 (400 × 600 mm), balok anak (250 × 400 mm), serta pelat lantai dengan tebal 120 mm. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi teknis dalam pengembangan bangunan tahan gempa di kawasan rawan seismik, serta mendorong adopsi sistem isolasi seismik secara lebih luas di Indonesia. |