JudulPerkuatan Lereng Menggunakan Kombinasi Metode Shotcrete Dan Soil Nailing Pada Lereng Sekitar Power House PLTA Poso 2 Sulewana |
Nama: RIZKI EKA TAMARA MUSTIKA |
Tahun: 2020 |
Abstrak PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Poso 2 Sulewana merupakan pembangkit listrik tenaga air yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Poso Energi, salah satu anak perusahaan milik Grup Kalla di sektor energi. Bangunan konstruksi yang ada pada PLTA Poso 2 Sulewana antara lain yakni Intake, Headpond, Penstock, Power House, dan Gardu Induk. Power house merupakan pusat pengendalian operasional turbin dan generator untuk membangkitkan energi listrik. Power House pada PLTA Poso 2 sering kali tertimpa longsor dari lereng yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat menghambat kerja dari PLTA dan dapat mengakibatkan kerugian apabila tidak ditangani dengan tepat. Soil nailing merupakan jenis perkuatan tanah bertulang dengan menancapkan potongan baja (nail) yang kemudian di-grout. Soil nailing digunakan secara khusus untuk menstabilisasi lereng atau galian, lebih menguntungkan dibandingkan perkuatan lereng lainnya. Dalam perencanaan soil nailing digunakan berbagai variasi yaitu kemiringan lereng 30°, 40°, 50°, 60°, 70°, diameter nail 19 mm, 22 mm, 25 mm dan sudut kemiringan nail 10°, 15°, 20°. Untuk shotcrete sebagai covering lereng menggunakan serat baja (steel fibre) tipe end hook Perkuatan ini dihitung melalui program GeoSlope 2012 analisis Slope/W dengan metode Bishop untuk mengetahui bidang longsor dan faktor keamanannya serta analisis Sigma/W untuk perencanaan shotcrete. Perkuatan tanah dilakukan dengan asumsi lereng berada dalam kondisi terburuknya yaitu jenuh air, untuk itu sampel tanah untuk pengujian geser langsung menggunakan kondisi tak terdrainasi dimana tanah direndam selama 24 jam kemudian diuji. Dari hasil analisis menggunakan Slope/W, beberapa variasi kemiringan lereng, diameter dan kemiringan nail diperoleh soil nailing yang paling ekonomis yaitu diameter nail 22 mm, sudut kemiringan nail 10? dan kemiringan lereng 60? dengan nilai faktor keamanan profil 1 (1,862), profil 2 (1,892) dan profil 3 (1,890) ? faktor aman yang disyaratkan yaitu 1,5 untuk cabut tulangan dan 1,8 untuk putus tulangan. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Sigma/W diperoleh perencanaan shotcrete dengan ketebalan 350 mm. dari hasil analisis tersebut maka kombinasi shotcrete dan soil nailing tersebut dapat digunakan sebagai suatu solusi dalam menangani kelongsoran yang sering terjadi pada lereng sekitar Power House pada PLTA Poso 2 sulewana . Kata kunci: Soil Nailing, Shotcrete, GeoSlope 2012, Slope/W, Sigma/W, Angka Keamanan. |