| JudulPENGARUH SUHU PENCAMPURAN TERHADAP DURABILITAS DAN KETAHANAN ALUR PADA ASPHALTIC CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC ASB H) |
| Nama: ABDI S. HANUSU |
| Tahun: 2014 |
| Abstrak Asbuton merupakan aspal alam yang terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara dengan cadangan asbuton sekitar 210 juta ton khususnya terdapat di wilayah Lawele. Asbuton campuran hangat umumnya menggunakan temperatur campuran 120ºC-125ºC pada Spesifikasi Khusus Campuran Hangat dengan Asbuton. Pada pencampuran, suhu merupakan salah satu faktor terpenting dalam pelaksanaan pekerjaan jalan dan berpengaruh terhadap karakteristik campuran salah satunya durabilitas dan ketahanan Alur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pencampuran hangat Asbuton terhadap durabilitas dan ketahanan alur campuran AC-WC serta durabilitas dan ketahanan alur terbaik dari beberapa variasi suhu pencampuran. Variasi suhu pencampuran dan pemadatan yang digunakan yaitu 105ºC dan 95ºC, 115ºC dan 105ºC, 125ºC dan 115ºC. Penelitian ini menggunakan Asbuton Butir T 15/25 Ex. Bina Prima Indonesia (BPI), bahan peremaja yaitu campuran dari aspal penetrasi 60/70 dan solar Ex. Pertamina dan material berasal dari Stone Crusher Ex. Sungai Taipa. Penelitian menggunakan metode pengujian Marshall untuk mengetahui karakteristik campuran, mengacu pada SNI dan Bina Marga. Hasil penelitian ini menunjukkan durabilitas dan ketahanan alur campuran sangat dipengaruhi oleh adanya variasi suhu pencampuran dan pemadatan. Suhu pencampuran dan pemadatan terendah yakni 105oC dan 95oC tidak direkomendasikan karena durabilitas campurannya tidak memenuhi spesifikasi dan dikategorikan buruk dalam ketahanan alur sedangkan suhu tertinggi menghasilkan durabilitas campuran yang masih memenuhi spesifikasi dan ketahanan alur yang baik. Kata Kunci : Bahan Peremaja, Asbuton, suhu, Marshall, SNI, Bina Marga, KPO, Durabilitas, Ketahanan Alur |