| JudulKarakter Agronomi Padi Salibu Pada Ketinggian Pemotongan 20 Cm Dan 30 Cm Beberapa Galur Padi Gogo Lokal Di Dataran Medium |
| Nama: NI LUH DESIANI |
| Tahun: 2025 |
| Abstrak Ni Luh Desiani (E281 21 421) Karakter Agronomi Padi Salibu Pada Ketinggian Pemotongan 20 Cm Dan 30 Cm Beberapa Galur Padi Gogo Lokal Di Dataran Medium (Dibimbing Oleh Indrianto Kadekoh dan Sakka Samudin, 2025) Beras merupakan komoditi yang sangat utama karena dikonsumsi oleh Sebagian besar penduduk Indonesia. Selain sebagai sumber karbohidrat, dua pertiga kebutuhan kalori diperoleh dari beras. Pemanfaatan lahan kering adalah kualitas lahan dan penerapan teknologi pertanian yang terbatas menyebabkan variabilitas produksi pertanian lahan kering relatif tinggi. Salah satu teknologi yang digunakan untuk peningkatan produktivitas padi di lahan adalah teknologi Salibu padi. Teknologi ini sudah ada sejak dahulu dan telah banyak digunakan oleh masyarakat lokal. Meskipun telah lama diterapkan, teknologi ini diperkenalkan oleh Erdiman di tahun 2010. Penelitiaan ini dilakukan di lahan pertanian di Desa Ampera, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi pada ketingian 600 mdpl. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan September 2024 sampai Maret 2025. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama menggunakan 7 galur padi gogo lokal yaitu G1=Delima, G2=Tako, G3=Pare Cina, G4=Pare Douk, G5=Pare Langsat, G6=Pae Dupa, dan G7=Pare Pulu Bongo, dan faktor ke dua menggunakan ketinggian pemotongan yaitu P1=20 cm dan P2=30 cm yang diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 42 petak percobaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada jenis galur padi Gogo Pae Dupa memiliki karakter agronomi salibu terbaik pada fase vegetative pada ketinggian pemotongan 20 cm dan 30 cm. Galur ini dapat memberikan pengaruh pada komponen pertumbuhan jumlah anakan dan jumlah anakan produktif pada tanaman padi Gogo. Teknologi ini dapat meningkatkan hasil petani padi, dikarenakan padi dapat di panen lebih dari sekali, sehingga produktivitas padi yang dihasilkan lebih banyak dari metode konvensional. |