JudulPertumbuhan Tanaman Kelor (Moringa Oleifera) Pada Kawasan Yang Terkena Dampak Likuifaksi |
Nama: ANDINI DEA SAFITRI |
Tahun: 2025 |
Abstrak Bencana alam likuifaksi atau pencairan tanah adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi. Kawasan Jono Oge mengalami banyak perubahan. Lahan pertanian yang luas dan subur berubah menjadi lahan yang kering dan bergelombang Perilaku likuifaksi pada tanah bersifat merusak dan menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap stabilitas tanah dapat menyebabkan perubahan terhadap sifat-sifat tanah serta hilangnya lahan pertanian yang sangat merugikan petani. Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang tergolong sebagai tanaman sayur dan tanaman obat. Potensi pengembangan kelor Indonesia cukup besar karena tanaman ini relatif mudah dibudidayakan. Saat ini berbagai manfaat tanaman kelor mulai dikenal luas oleh masyarakat. Bahkan kebutuhan untuk ekspor produk dari tanaman kelor terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan beberapa genotipe tanaman kelor (Moringa oleifera) pada kawasan yang terkena dampak likuifaksi serta tekstur tanah, kandungan C-organik dan N tanah sebelum dan sesudah penanaman. Metode penelitian dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan menggunakan dasar pengelompokan dengan genotipe : KLW 10= Kulawi10, PLO 24 = Palolo24, BL 05 = Balaroa05 dan TN 19 = Tondo19 dengan ukuran diameter stek (3cm-5cm). Dengan genotipe kelor sebagai faktor tunggal, terdiri dari empat genotipe kelor diulang sebanyak enam kali. Sehingga terdapat 24 unit percobaan masing–masing unit percobaan terdapat 2 stek genotipe kelor, sehingga digunakan 48 stek kelor. Jika perlakuan berpengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Berdasarkan pengamatan 4 genotipe tanaman kelor, Genotipe Balaroa 05 merupakan genotipe kelor paling menonjol pada semua variabel pengamatan panjang tunas dan muncul tunas. Genotipe Balaroa 05 memberikan pengaruh nyata pada variabel panjang tunas dan Genotipe Balaroa 05 juga menunjukkan hasil yang menonjol pada variabel munculnya tunas namun tidak berbeda nyata dengan genotipe tondo 19 dan kulawi 10. Sedangkan pada Bobot basah dan Bobot kering genotipe Balaroa 05 memberikan nilai rata-rata tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan genotipe Tondo19. Hal ini dapat dinyatakan bahwa genotipe kelor Balaroa 05 dan Tondo 19 merupakan Genotipe kelor yang memiliki kemampuan adaptif pada lingkungan suboptimal yang lebih baik di bandingkan dengan genotipe lainnya. Kandungan N-Total tanah berkisar antara 0,13 % - 0,20 % (tergolong berada pada kriteria rendah). Kandungan C-organik analisis awal berkisar antara 1,74% - 4,17 % tergolong berada pada kriteria rendah ke tinggi. Analisis C-organik tanah setelah percobaan menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah berkisar antara 1,46% - 0,91% tergolong berada pada kriteria rendah sampai sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rendahnya kandungan N- total dan C-organik disebabkan diserap oleh tanaman kelor. Tanaman kelor belum bisa mengasilkan sumber hara, perubahan tekstur tanah tidak disebabkan oleh tanaman kelor. Hasil pertumbuhan tanaman genotipe Balaroa 05 dan Tondo 19 memiliki respon pertumbuhan yang unggul dalam variabel muncul tunas, panjang tunas, bobot basah daun dan bobot kering daun. Meskipun tumbuh pada lahan suboptimal genotipe balaroa dan Tondo 19 merupakan Genotipe kelor yang memiliki kemampuan adaptif pada lingkungan suboptimal yang lebih baik di bandingkan dengan genotipe lainnya. The natural disaster of liquefaction or soil melting is a phenomenon that occurs when saturated or slightly saturated soil loses strength due to stress, for example, earthquake vibrations. The Jono Oge area has experienced many changes. Land Vast and fertile farms turned into dry and bumpy land Liquefaction behavior in soil is destructive and causes negative impacts impact on soil stability can cause changes to soil properties as well as the loss of agricultural land which is very detrimental to farmers. Moringa (Moringa oleifera) is a plant that is classified as a vegetable and medicinal plant. Potential Moringa development in Indonesia is quite large because this plant is relatively easy cultivated. Currently, the various benefits of the Moringa plant are becoming widely known public. In fact, the need to export products from Moringa plants continues to increase. This research aims to determine the growth of several genotypes of Moringa plants (Moringa oleifera) in areas affected by liquefaction and soil texture, Soil organic C and N content before and after planting. Research methods with a Randomized Block Design (RAK) and using basic grouping with genotypes: KLW 10= Kulawi10, PLO 24 = Palolo24, BL 05 = Balaroa05 and TN 19 = Tondo19 with cutting diameter (3cm-5cm). With the Moringa genotype as Single factor, consisting of four Moringa genotypes, was repeated six times. So that There are 24 experimental units, each experimental unit contains 2 Moringa genotype cuttings, so 48 moringa cuttings were used. If the treatment has a real or very real effect, then a further test was carried out using the Honestly Significant Difference Test (BNJ) at level 5%. Based on observations of 4 genotypes of Moringa plants, Genotype Balaroa 05 is Moringa genotype was the most prominent in all observation variables of shoot length and shoots appear. The Balaroa 05 genotype has a real influence on the length variable shoots and Genotype Balaroa 05 also showed prominent results on variables the emergence of shoots but was not significantly different from the tondo 19 and kulawi 10 genotypes. Meanwhile, the wet weight and dry weight of the Balaroa 05 genotype gave value the highest average but not significantly different from the Tondo19 genotype treatment. This matter It can be stated that the Moringa genotypes Balaroa 05 and Tondo 19 are genotypes Moringa has better adaptive abilities in suboptimal environments compare with other genotypes. Soil N-Total content ranges from 0.13% - 0.20% (classified as low criteria). Preliminary C-organic content analysis ranged from 1.74% - 4.17%, classified as low to high criteria. Analysis Soil organic C after the experiment showed that the soil organic C content ranging from 1.46% - 0.91%, which is classified as low to very high low. Based on the research results, it can be concluded that the low content of N- total and organic C caused by absorption by Moringa plants. Moringa plants can't yet produces a source of nutrients, changes in soil texture are not caused by Moringa plants. The growth results of the Balaroa 05 and Tondo 19 genotype plants had a response superior growth in the variables of shoot emergence, shoot length, leaf wet weight and dry weight of leaves. Even though it grows on suboptimal land balaroa genotypes and Tondo 19 is a Moringa genotype that has the ability to adapt to the environment suboptimal which is better compared to other genotypes. |