JudulFORMULASI Bacillus Subtilis UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusarium Oxysporum) PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frustescens L.) |
Nama: TRIHESTI SOFYA NENGSI |
Tahun: 2024 |
Abstrak Jamur Fusarium oxysporum merupakan jamur penyebab penyakit layu fusarium pada tanaman cabai, khususnya cabai rawit. Jamur ini dapat menyerang tanaman cabai rawit mulai dari masa perkecambahan sampai dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula terbaik dalam menekan penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum) Pada Tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens L.) Penelitian ini di lakasanakan di Laboratorium Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu, dan di Screen House Akademik Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dengan 5 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali setiap perlakuan menggunakan 3 sampel tanaman sehingga di peroleh 60 tanaman. Adapun perlakuan aplikasi formula Bacillus subtlis sebagai berikut: Perlakuan : P0 = Kontrol (Aquades steril), P1 = 1000 ml Air kelapa +1 jarum ose B. subtilis, P2 = 1000 ml Air Cucian Beras + 1 jarum ose B. subtilis, P3 = 1000 ml Air Limbah Tahu +1 jarum ose B. subtilis, P4 = 335 ml Air kelapa + 335 ml Air Cucian Beras + 335 ml Air Limbah Tahu + 1 jarum ose B. subtilis. Berdasarkan hasil pengamatan penyakit Fusarium oxsyporum di screen house akademik, fakultas pertanian, universitas tadulako menunjukkan bahwa 60 tanaman cabai rawit yang di amati telah menunjukkan gejala infeksi Fusarium oxsyporum di tandai dengan menguningnya daun bagian bawah tanaman, tanaman menjadi layu mulai dari daun bagian bawah hingga atas, dan pangkal batang membusuk. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa semua jenis formula limbah organik air kelapa, air cucian beras, air tahu, dan limbah kombinasi mampu dalam menekan penyakit layu fusarium hingga mencapai 5,13% - 8,2%. Sedangkan formula kombinasi mampu dalam menunda timbulnya gejala penyakit layu fusarium dengan rata-rata masa inkubasi yaitu 6,58 hari setelah inokulasi (HSI). |