JudulIDENTIFIKASI LOGAM BERAT PADA AREA PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN BOLANO LAMBUNU |
Nama: WANDI SAPUTRA |
Tahun: 2023 |
Abstrak RINGKASAN Wandi Saputra (E 281 17 296). Identifikasi Logam Berat Pada Area Pertambangan Emas Di Kecamatan Bolano Lambunu. Di Bimbing Oleh (Isrun dan Rully Akbar). Aktivitas pertambangan emas merupakan salah satu sumber mata pencaharian sebagian masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu. Namun lahan pasca pertambangan ini menyebabkan kerusakan tanah karena mengandung logam berat pada limbah serta galian material yang menjadikan lahan tersebut tertinggal sehingga dapat merusak sumber daya alam yang dapat menurunkan kualitas lingkungan jika dibuang. Beberapa jenis kerusakan lingkungan antara lain pencemaran tanah, air dan udara yang dapat menjadi racun bagi pertumbuhan tanaman dan manusia karena limbah yang mengandung logam berat berbahaya dalam konsentrasi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan logam berat dalam tanah pada area perkebunan dan pertambangan emas Kecamatan Bolano Lambunu. Penelitian ini telah dilaksanakan di area perkebunan dan pertambangan emas Kecamatan Bolano Lambunu. Kemudian analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Sumber Daya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan pemetaan. Lokasi penelitian di tentukan secara purposive sampling yaitu dengan memperhatikan kondisi atau fisiografi lahan dan titik pengambilan sampel ditentukan secara random sampling. Pengambilan sampel tanah diambil sebanyak 4 titik pada setiap lokasi yang berbeda. Pengambilan sampel tanah menggunakan sekop dengan kedalaman (0-30 cm) dari lapisan tanah bagian atas pada setiap titik sampel penggunaan lahan. Kemudian dilakukan uji logam berat dengan menggunakan alat yaitu XRF (X-Ray Fluorescence) dan AAS (Atomic Absobtion Spectrophotometer). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat logam berat Al2O3, Ti, Cr, Pb dan Hg. Kandungan Al2O3 tergolong sangat tinggi pada setiap sampel namun masih berada dibawah nilai ambang batas logam berat. Unsur Ti (Titanium) tertinggi pada sampel 1 (LT-1) yaitu 0,505 ppm dan terendah pada sampel 8 (LP-4) yaitu 0,017 ppm tergolong kriteria tinggi dalam nilai ambang batas normal logam berat. Unsur logam Cr (Kromium) paling tinggi terdapat pada sampel 1 (LT-1) yaitu sebesar 0,010 ppm dan terendah dengan nilai yaitu 0,005 ppm pada sampel 2, 4, 5, 7, dan 8 (LT-2, LT-4, LP-1, LP-3 dan LP-4) tergolong kriteria rendah dari batas kritis logam berat. Unsur logam berat Pb (Timbal) paling tinggi terdapat pada sampel 3 dan 7 (LT-3 dan LP-3) yaitu 0,002 ppm dan terendah pada sampel 1 (LT-1) 0,001 ppm termasuk kriteria rendah dari nilai ambang batas yang telah ditetapkan, serta sampel lainnya tak ternilai (LT-2, LT-4, LP-1, LP-2 dan LP-4). Serta unsur logam Hg (Merkuri) paling tinggi terdapat pada sampel 4 (LT-4) yaitu sebesar 0,097 ppm dan terendah dengan nilai yaitu 0,028 ppm pada sampel 1 (LT-1) tergolong kriteria tinggi dari batas kritis logam berat, serta sampel lainnya tak ternilai (LP-1, LP-2, LP-3 dan LP-4). |