JudulSTRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT KEKRITISAN DI HILIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PUNA SULAWESI TENGAH |
Nama: RENDY AHMAD YANI |
Tahun: 2025 |
Abstrak RENDY AHMAD YANI. Strategi Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove Berdasarkan Tingkat Kekritisan di Hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Puna Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh NAHARUDDIN, dan BAU TOKNOK. Indonesia memiliki tutupan mangrove terluas di dunia, namun populasinya telah mengalami degradasi secara signifikan sejak tahun 1980-an, dengan tutupan mangrove 4,2 juta hektar pada tahun 1980-1990 menjadi 3,3 juta hektar pada tahun 2020. Penelitian dilakukan di wilayah DAS Puna, metode yang digunakan adalah pengukuran potensi vegetasi, selanjutnya melakukan penilaian tingkat kekritisan mangrove menggunakan data satelit multi-temporal dengan bantuan teknologi penginderaan jauh dan SIG untuk melihat perubahan tutupan hutan mangrove antara Tahun 2013 hingga 2023 dan transformasi NDVI untuk memperoleh hasil kerapatan vegetasi mangrove pada selang waktu tersebut. Untuk merumuskan strategi pengelolaan hutan mangrove di hilir DAS Puna digunakan analisis SWOT yang dilakukan dengan analisis faktor internal dan eskternal yang berpengaruh terhadap kondisi mangrove. Hasil yang diperoleh adalah terdapat sebanyak 11 jenis dari 5 family mangrove di Hilir DAS Puna yakni Avicenniaceae, Arecaceae, Rhizophoraceae, Lythraceae dan Meliaceae. Nilai NDVI pada Citra Landsat 8 OLI dibagi tiga kelas kerapatan tajuk yaitu jarang (0,2 – 0,32), sedang (0,32 – 0,42) dan lebat (0,42 – 0,8). Luas masing-masing kategori tersebut yaitu: Lebat (55,652 ha), Sedang (56,863 ha), dan Jarang (67,578 ha). Nilai kerapatan mangrove tahun 2013 didominasi kategori lebat seluas 167,94 ha sedangkan pada tahun 2018 kelas mengalami penurunan menjadi 110,82 ha hingga pada tahun 2023 terus menurun menjadi 55,652 ha (33%). Berbanding lurus dengan luas konversi mangrove menjadi non mangrove, meningkat pesat dari 258,04 ha menjadi 364,75 (70%). Analisis yang dilakukan terhadap 3 (tiga) aspek, yaitu jenis penggunaan lahan, tingkat kerapatan tajuk dan ketahanan tanah terhadap abrasi, menghasilkan bahwa tingkat kekritisan hutan mangrove di Hilir DAS Puna termasuk kategori rusak dengan nilai TNS sebesar 190 pada skala 167-233 dengan rincian: Rusak berat/sangat kritis seluas 35,84 ha (6,58%); Rusak/kritis seluas 401,46 (73,68%); dan Tidak rusak/kritis seluas 107,55 ha (19,74%). Tingkat kerusakan ekosistem mangrove dapat ditentukan berdasarkan kerapatan dan penutupan vegetasi, pada kategori (terjaga) yaitu 1259 pohon/ha atau tergolong dalam tingkat kerapatan sedang. Sedangkan pada kategori terganggu yaitu 360 pohon/ha atau tergolong dalam tingkat kerapatan jarang. Terdapat 3 strategi rehabilitasi mangrove di DAS Puna dapat diurutan berdasarkan ranking dari bobot masing-masing faktor, sebagai berikut: Pemanfaatan Hutan Mangrove secara berkelanjutan.; Pengelolaan berbasis Masyarakat; Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Ekosistem Mangrove; Menjalin Kerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Non – Pemerintah; Pembatasan pembangunan infrastruktur yang memberikan dampak terhadap kawasan hutan mangrove; Implementasi dan penegakan aturan; dan Melakukan konservasi dan rehabilitasi. Kata Kunci: Mangrove, pengelolaan, rehabilitasi, Landsat, NDVI |