Judul ANALISIS MUTU, NILAI TAMBAH, KELAYAKAN FINANSIAL DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KAKAO DI KOTA PALU |
Nama: MARLIYAH |
Tahun: 2022 |
Abstrak ABSTRAK Kakao adalah komoditas unggulan Sulawesi Tengah yang memiliki peluang besar dalam pengembangan industri pengolahan cokelat, dimana Di Kota Palu sendiri terdapat Industri Rumah Cokelat yang mengolah produk sekunder dan beberapa IKM pengolah cokelat tersier. Tetapi dalam pengembangan usaha, para pelaku industri cokelat masih menemui beberapa permasalahan yaitu mutu bahan baku biji kakao, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan, dan kelayakan secara finansial yang juga merupakan faktor penting dalam menentukan strategi pengembangan usaha agroindustri kakao. Sehingga pentingnya dilakukan sebuah penelitian untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu sejak bulan Mei sampai dengan bulan September 2020. Untuk menjawab permasalahan yang menjadi tujuan penelitian ini digunakan analisis mutu dengan menggunakan standar SNI Kakao 2323-2008, analisis nilai tambah (Metode Hayami), analisis kelayakan finansial, dan analisis SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)Dari ketiga sumber bahan baku biji kakao secara keseluruhan sudah memenuhi standar SNI Kakao 2323-2008, Hasil uji mutu produk olahan sekunder memiliki kandungan nilai gizi lemak (45-61%); Protein (7-12%) dan Karbohidrat (27-44%) . (2) Nilai Tambah Produk sekunder tertinggi Cokelat Liquor (Rp 102.000/kg ) dan yang terendah Cokelat Milk 56% (Rp 52.358/kg), nilai tambah produk tersier tertinggi dari ketiga IKM adalah produk Cokelat Crispy Cips dari IKM Ema Cokelat (Rp 917.500/kg) dan yang terendah adalah produk Cokelat Mente dan Coco Cips dari IKM Sakaya Cokelat (Rp 335.000/kg). (3) Kelayakan finansial baik dari produk sekunder maupun tersier dengan kriteria kelayakan : NPV, IRR, Net B/C, PP, BEP semua layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menggambarkan produk sekunder sensitive terhadap penurunan produksi dan kenaikan biaya bahan baku 30% (i=18%)sedangkan produk tersier dari ketiga IKM hanya IKM Ema Cokelat yang tidak sensitif terhadap penurunan produksi dan kenaikan biaya bahan baku 30% (i=18%). (4) Hasil analisis SWOT dan QSPM diperoleh rumusan strategi yang memiliki nilai Total Attractive Score (TAS) tertinggi (7,20) yang merupakan strategi prioritas, yakni Mempertahankan mutu bahan baku yang sudah sesuai standar SNI 2323-2008 sebagai komoditi unggulan lokal yang berada pada kawasan cagar biosfer dan bersertifikat halal serta memanfaatkan mesin dan peralatan modern untuk berinovasi dalam pengembangan produk yang berdaya saing; dan keempat rumusan strategi lainnya adalah merupakan strategi alternatif. Keywords: Mutu, Nilai Tambah, Kelayakan, dan Pengembangan Industri Kakao |