JudulMAKNA LABA DALAM BINGKAI NOSARARA NOSABATUTU (Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Inpres Kota Palu) |
Nama: NURHAJA DJASMAN |
Tahun: 2025 |
Abstrak Nurhaja Djasman C30223023. Makna Laba dalam Bingkai Nosarara Nosabatutu, dibimbing oleh Moh Iqbal B selaku pembimbing I dan Jurana selaku pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna laba dalam bingkai nilai budaya nosarara nosabatutu yang dimaknai oleh para pedagang kaki lima di Pasar Inpres Kota Palu. Nilai nosarara nosabatutu, sebagai filosofi budaya masyarakat Kaili, menekankan persaudaraan, persatuan, dan kebersamaan, menjadi landasan dalam memahami bagaimana laba dipahami dan dijalankan dalam praktik keseharian para pedagang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) untuk memahami pengalaman subjektif pedagang dalam memaknai laba. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara mendalam terhadap enam informan yang merupakan pedagang suku Kaili asli, serta dokumentasi aktivitas berdagang. Hasil penelitian menunjukkan enam bentuk pemaknaan laba yang masing-masing merefleksikan nilai nosarara nosabatutu, yaitu: (1) laba sebagai keberkahan dan keberlanjutan usaha, yang menunjukkan ketergantungan pada rezeki ilahi dan ketekunan untuk terus bertahan hidup; (2) laba sebagai keterhubungan sosial, di mana relasi kekeluargaan dan tolong-menolong antarpedagang menjadi sarana saling menopang ekonomi; (3) laba sebagai penghidupan bersama, yaitu rezeki yang tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi juga untuk anak, keluarga, dan orang sekitar; (4) laba sebagai putaran hidup, yang merepresentasikan siklus usaha yang terus berjalan berkat modal sosial dan kejujuran; (5) laba sebagai wujud kebersamaan, di mana kejujuran dan rasa cukup menjadi bagian dari keberkahan kolektif; serta (6) laba sebagai kekuatan untuk hidup, yakni keteguhan untuk tetap berdagang dengan modal besar meski dalam keterbatasan, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kehidupan. Sintesa dari seluruh temuan tersebut menunjukkan bahwa laba dimaknai sebagai berkah penghidupan, suatu bentuk rezeki yang tidak hanya bersifat material, tetapi juga sarat nilai spiritual, sosial, dan kultural. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa laba bagi pedagang kaki lima tidak dipahami secara individualistis, melainkan dalam kerangka harmoni dan kebersamaan yang berakar kuat pada nilai budaya lokal. Kata kunci: Makna Laba, Nosarara Nosabatutu, Budaya Kaili, Pedagang Kaki Lima, Fenomenologi Interpretatif. |