JudulMakna Prosesi Perkawinan Suku Lauje Di Desa Tinombo Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong |
Nama: Sri Wahyuni Sunuh |
Tahun: 2019 |
Abstrak ABSTRAK Sri wahyuni Sunuh, B 501 13 130 “Makna Prosesi Perkawinan Suku Lauje di Desa Tinombo Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong” Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako. di bimbing oleh Mahpuddin (konsultan I) dan Rizqy Alfiyaty (konsultan II). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung pada Prosesi Perkawinan Suku Lauje di Desa Tinombo Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong Tipe penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yang digunakan tanpa menggunakan perhitungan. Data kemudian dijabarkan dalam bentuk kalimat-kalimat atau narasi, baik diperoleh dari wawancara maupun observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam prosesi perkawinan Suku Lauje terdapat simbol dan makna yang terdiri dari Kinesik : yaitu pesan facial berupa senyuman yang keluar dari raut wajah kedua pasangan mempelai yang dimaknai sebagai bentuk kesenangan dan kegembiraan, pesan gestural berupa gerakan ketua adat dan wakil ketua adat saat menggosokan daun pacar di atas kedua telapak tangan pengantin yang di maknai mendoakan kedua pasangan agar hidup dalam berumah tangga selalu rukun dan dijauhkan dari namanya perceraian dan gerakan yang digunakan oleh kedua pasangan pengantin pada tahapan yang ada dalam Popopene (bermertua) yaitu tahapan pengirisan daun pisang, memotong kayu menyube rumput, menginjakkan kaki di atas baki kecil, mengangkat pisang dari dalam belanga dan mengambil beras dalam karung yang di maknai ketika pasangan suami isteri pulang dari kebun dan membawa hasil tanaman dari perkebunannya maka itulah yang dimasak dan dimakan bersama selain itu, ketika pengantin perempuan salah melaksanakan tahapan pada pengirisan daun pisang yang ada dalam Popopene (bermertua) maka akan berimbas pada perkawinan mereka entah itu pada pengantinnya dalam rumah tangga atau pada anak-anaknya nanti. Paralinguistik : bunyi dari sambra dan gendang yang dimaknai sebagai penyambutan para tamu-tamu raja Olongian Artifaktual : Kabayaa (gaung) berwarna kuning, melambangkan keturunan raja Olongian; sarung kuning, melambangkan pemberani ketika menghadapi musuh; Jas berwarna coklat susu, melambangkan sebagai kepala keluarga. Proksemik yaitu pengaturan jarak pada pengantaran mempelai laki-laki menujuh kerumah mempelai perempuan dan jarak pada kedua pasangan pengantin membawa perlengkapan adat menujuh kerumah mertuanya, dalam hasil penelitian tidak terdapat makna apapun menganai pengaturan jarak. Kata Kunci : Makna simbol, Perkawinan Suku Lauje |