Perpustakaan
DESKRIPSI DATA LENGKAP
JudulMASYARAKAT BALI DAN SITUS MEGALIT (STUDI KASUS: REPRODUKSI RUANG KULTURAL OLEH MASYARAKAT TRANSMIGRAN BALI-HINDU DI KECAMATAN LORE TIMUR KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH)
Nama: MARDHIANI SAFITRI
Tahun: 2025
Abstrak
Transmigrasi lokal yang dilakukan oleh masyarakat transmigran Bali-Hindu di desa Tamadue, Lore Timur, Kabupaten Poso, memicu terjadinya kontak budaya dengan penduduk pribumi. Masyarakat transmigran Bali-Hindu datang membawa budaya mereka yang kemudian diintegrasikan dengan elemen-elemen budaya lokal, khususnya Situs Megalit Peka Sele yang mereka jadikan sebagai ruang praktik keagamaan. Nilai spiritual Situs Megalit yang mulai memudar dihidupkan kembali oleh masyarakat transmigran Bali-Hindu dengan mengintegrasikan konsep Tri Hita Karana. Hal ini mencerminkan terjadinya reproduksi ruang kultural. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi situs megalit di desa Tamadue pada saat ini serta mengeksplorasi dan memahami bagaimana masyarakat transmigran Bali mengintegrasikan budaya serta kepercayaan mereka dengan elemen-elemen budaya lokal sehingga akhirnya mereka mereproduksi Situs Megalit Peka Sele sebagai ruang praktik ritus keagamaan bagi mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penentuan informan dilakukan secara purposive dan snowball. Penelitian ini menggunakan teori reproduksi ruang oleh Pierre Bourdieu sebagai pisau analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, situs megalit Peka Sele tidak hanya menjadi ruang fisik namun juga berfungsi sebagai ranah (field) dan simbol dari proses reproduksi ruang dimana masyarakat transmigran Bali maupun masyarakat lokal mentransformasi dan mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan tradisi budaya dalam konteks baru sehingga menunjukkan adanya dinamika reproduksi ruang yang berlangsung seiring dengan terjadinya perubahan habitus, interaksi modal budaya dan interaksi modal sosial dalam masyarakat multikultural. Kedua, masyarakat transmigran Bali-Hindu mampu merubah situs megalit Peka Sele menjadi ranah (field) untuk memenuhi kebutuhan spiritual mereka. Hal tersebut tidak terlepas dari interpretasi terhadap lingkungan baru yang didasari oleh keyakinan, tradisi budaya, serta interaksi sosial yang diolah sesuai habitus (habits), dan modal (capital) sebagai elemen-elemen yang berperan penting. Hal tersebut menunjukkan fleksibelitas dan kemampuan masyarakat transmigran Bali-Hindu dalam mengintegrasikan budaya lokal ke dalam praktik spiritual mereka dengan lingkungan baru untuk mereproduksi ruang yang ada guna mempertahankan identitas agama dan budaya mereka. Kata Kunci: Reproduksi Ruang, Transmigrasi, Megalit, Masyarakat Bali, Napu.

Sign In to Perpus

Don't have an account? Sign Up