JudulSIMBOLISASI DAN MAKNA TARIAN TOROMPIO PADA ETNIS PAMONA DI DESA LAMBARESE KECAMATAN BURAU KABUPATEN LUWU TIMUR |
Nama: HERMIN KRISVILA PATONGA |
Tahun: 2024 |
Abstrak ABSTRAK Hermin Krisvila Patonga. Stambuk B 301 18 019. Judul Hasil Simbolisasi dan Makna Tarian Torompio Pada Etnis Pamona Di Desa Lambarese Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan, dibimbing oleh Rismawati selaku Pembimbing Utama dan Resmiwati selaku Pembimbing Pendamping. Tarian Torompio merupakan salah satu tarian tradisional Sulawesi Tengah yang berasal dari Kabupaten Poso yang dilestarikan oleh Etnis Pamona baik yang ada di Sulawesi Tengah maupun Sulawesi Selatan. Torompio adalah sebuah tarian berpasangan yang dimainkan oleh pemuda pemudi yang sedang dilanda cinta kasih, Namun gelora cinta kasih yang sebenarnya dimaksud bukan hanya kepada sepasang kekasih saja melainkan untuk semua aspek kehidupan. Permasalahan yang diteliti yaitu karena dalam kalangan masyarakat itu sendiri kurang faham dalam setiap makna dari gerakan. Pada masa sekarang, para muda-mudi hanya melihat tarian itu sebagai tarian jalinan kasih tetapi tidak banyak yang paham makna dari setiap gerakan. Tarian Torompio pada Etnis Pamona dapat ditemukan pada acara-acara tertentu saja seperti dalam penyambutan tamu, pesta panen, acara pernikahan dan acara kebudayaan lainnya yang ada di Luwu Timur. Saya menggunakan metode penelitian kualitatif yang melalui pendekatan studi etnografi. Dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, pengamatan, wawancara, dan teknik analisis data. Penentuan informan dilakukan dengan metode snowball yang dipandang dapat memberiksan penjelasan dan memberikan jawaban mengenai permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tarian Torompio adalah salah satu tarian yang berasal dari Etnis Pamona yang masih diselenggarakan sampai saat ini. Tarian ini bagi orang luar lebih akrab menyebutnya Tarian berpasangan yang diperagakan oleh muda-mudi yang berjumlah 12 (dua belas), masing-masing berjumlah 6 orang pria dan 6 orang wanita serta 3 orang pemain musik. Gerakan ini sangat dinamis yang diiringi oleh lagu (Kayori) dalam bahasa Pamona. Torompio pertama kali dipertunjukkan dan diperkenalkan di Tentena dan kemudian di kembangkan oleh Etnis Pamona yang diiringi oleh alat musik gendang, gong, dan gitar serta menggunakan pakaian adat dari suku Pamona. Tarian Torompio ini adalah sebuah simbol bentuk ungkapan syukur masyarakat terhadap Sang Pencipta karena telah memberikn hasil panen yang baik, Sehingga Pesta Panen lebih dikenal dengan istilah Padungku yang dilakukan hanya setiap setahun sekali. Dalam setiap gerakannya memiliki simbol yang mengartikan sebuah perjumpaan dimana keterpisahan selama ini terjadi, namun sekarang berjumpa kembali dan disampaikan melalui setiap gerakan tarian ini yang diperagakan oleh muda-mudi. Kata Kunci : Tarian, Etnis Pamona, Simbolisasi, Pesta Panen |