Judul “ RANDO’O GURA “ STUDI TENTANG KEHIDUPAN PEREMPUAN MELAJANG DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KAILI RAI DI DESA TOBOLI KECAMATAN PARIGI UTARA KABUPATEN PARIGI MOUTONG |
Nama: MAWARDIN |
Tahun: 2023 |
Abstrak ABSTRAK Mawardin, Stambuk B 301 16 081. Judul Skripsi “Rando’o Gura: Studi Tentang Kehidupan Perempuan Melajang Dalam Perspektif Budaya Kaili Rai Di Desa Toboli Kecamatan Parigi Utara kabupaten parigi moutong”. Di bawah bimbangan Ibu Rismawati selaku Pembimbing Utama dan Ibu Citra Dewi selaku Pembimbing Pendamping. Dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Toboli, pilihan untuk melajang masih menjadi sesuatu yang dianggap tabu, terutama bagi kaum perempuan. Masyarakat Toboli yang mayoritas penduduknya merupakan etnis Kaili menyebut perempuan lajang dengan istilah Rando’o Gura. Rando’o Gura dalam menjalani kehidupannya harus menghadapi tekanan dengan tuntutan untuk segera menikah. selain itu, mereka juga mendapatkan stigma-stigma negatif dari masyarakat lainnya. Berdasarkan hal tersebutlah sehingga penulis melakukan penelitian ini untuk mengungkap dua permasalahan. Pertama, bagaimana perspektif budaya Kaili tentang kehidupan perempuan lajang. Kedua, bagaimana Rando’o Gura menjalani kehidupannya yang dipenuhi dengan stigma-stigma negatif dari orang lain. Penelitian ini melibatkan 5 orang informan yang mampu memberikan informasi mengenai penelitian yang saya lakukan. Metode yang penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif sedangkan tipe penelitian ini bersifat deskriptif, selanjutnya teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, penelitian lapangan, pengamatan, wawancara dan dokumentasi serta teknik analisis data yang digunakan adalah penyuntingan data, kategorisasi data, penafsiran data dan perumusan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pertama, budaya Kaili memandang kondisi melajang dibebabkan oleh tiga hal, yaitu: Poposintima yang berarti perjodohan, Doti Mpotamaka Jodo yang berarti Ilmu Guna-Guna untuk menahan jodoh orang, dan Katantua nu Pue yang berarti ketentuan atau ketetapan Tuhan. Kedua, Randoo gura telah menerima kehidupan lajangnya dengan hati yang lapang, bahkan mereka merasa bahagia dengan kehidupan lajangnya. Walaupun mereka merasa Bahagia dengan status lajangnya, namun Rando’o Gura merasa risih bahkan merasa jengkel dan marah akan adanya stigma negatif dan pertanyaan-pertanyaan perihal menikah dari orang-orang yang disekitarnya. Pada kenyataannya mereka punya keinginan menikah, tetapi mereka mengutamakan karir terlebih dahulu. Mereka (randoo gura) membuktikan kepada kita semua bahwa dengan kondisi hidup yang seorang diri tidak membuat mereka menjadi minder atau kurang percaya diri dalam menjalani kehidupannya, bahkan mereka mampu mengembangkan potensi dirinya dan membangun karir. Kata kunci : Rando’o Gura, Budaya Kaili Rai. |