JudulEKOWISATA KONSERVASI PENYU DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU DI KABUPATEN BANGGAI |
Nama: KEN AMASITA SAADJAD |
Tahun: 2024 |
Abstrak ABSTRAK Ken Amasita Saadjad, Nomor Stambuk B10321008, “Ekowisata konservasi penyu dalam perspektif komunikasi pemasaran terpadu di Kabupaten Banggai”. Promotor Muhammad Khairil, dan Ko-promotor Achmad Herman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) model ekowisata konservasi penyu Kabupaten Banggai, (2) model komunikasi pemasaran terpadu ekowisata konservasi penyu Kabupaten Banggai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan Kabupaten Banggai. Waktu penelitian Maret-Agustus 2023. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) model ekowisata konservasi penyu Kabupaten Banggai, dengan menggunakan lima unsur yang dianggap paling menentukan untuk pengelolaan kawasan ekowisata, yaitu: pertama, pendidikan, ada dua bentuk pendidikan ekowisata konservasi penyu Kabupaten Banggai. Kedua perlindungan atau pembelaan (advocasy), ketersediaan fasilitas sarana ekowisata konservasi yang ada dengan konsep alam, pengelolaan manajemen resiko, keamanan, dan perlindungan konsumen. Ketiga, keterlibatan komunitas setempat (comommunity involvement) melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) pengelola ekowisata penyu ini bernama Pelangi Penyu. Sebagai bentuk untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga ekowisata yaitu melalui sosialisasi dan penyuluhan, studi banding, pendampingan serta pelatihan pengurus kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Keempat, pengawasan (monitoring) melalui aspek sosial dan budaya masyarakat setempat sebagai bentuk prinsip ekowisata konservasi. Kelima, konservasi (conservation) memberikan keuntungan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Ekowisata mendukung dan mewujudkan tujuan konservasi, aspek keterlibatan pemangku kepentingan aspek penting ekowisata demikian halnya ekowisata konservasi penyu Kabupaten Banggai. Dengan memperbaiki pemasaran dan promosi kedua hal ini adalah kunci untuk mendatangkan ekowisatawan ke wilayah ekowisata. Melalui model komunikasi pemasaran terpadu dalam pengelolaan ekowisata sebagai sarana konservasi penyu Kabupaten Banggai. (2) Model komunikasi pemasaran terpadu ekowisata konservasi penyu Kabupaten Banggai terdiri dari: periklanan melalui video, iklan media cetak, elektronik, iklan media sosial dan iklan advertorial. Pemasaran langsung menyampaikan informasi dari mulut ke mulut yang disampaikan secara tatap muka langsung. Promosi penjualan dengan menggunakan duta merek berasal dari Luwuk. Penjualan personal melalui event soft opening sebagai tahap awal pembukaan ekowisata penyu yang berlangsung tanggal 21-26 April 2023. Pemasaran interaktif, melalui media sosial pengelola ekowisata pelangi penyu (facebook, instagram, dan yuotube) (Kata Kunci: Ekowisata, konservasi, komunikasi pemasaran terpadu) ABSTRACT Ken Amasita Saadjad, Stambuk Number B10321008, "Turtle conservation ecotourism in the perspective of integrated marketing communications in Banggai Regency". Promoter Muhammad Khairil, and Co-promoter Achmad Herman. This research aims to determine (1) the turtle conservation ecotourism model in Banggai Regency, (2) the integrated marketing communication model for turtle conservation ecotourism in Banggai Regency. This research was carried out in Sinorang Village, South Batui District, Banggai Regency. Research time is March-August 2023. The research method uses qualitative descriptive methods. Research data was obtained through observation, interviews and documentation. The results of the research show that (1) the Banggai Regency turtle conservation ecotourism model uses five elements which are considered the most decisive for managing ecotourism areas, namely: first, education, there are two forms of turtle conservation ecotourism education in Banggai Regency. Second, protection or advocacy, the availability of existing conservation ecotourism facilities with a natural concept, risk management, security and consumer protection. Third, local community involvement (community involvement) through the Joint Business Group (KUB) managing turtle ecotourism called Pelangi Turtle. As a form of improving education and training for ecotourism workers, namely through socialization and counseling, comparative studies, mentoring and training for tourism awareness group administrators (Pokdarwis). Fourth, supervision (monitoring) through the social and cultural aspects of the local community as a form of conservation ecotourism principle. Fifth, conservation provides economic benefits while maintaining environmental sustainability. Ecotourism supports and realizes conservation goals, stakeholder involvement is an important aspect of ecotourism, as is the case for turtle conservation ecotourism in Banggai Regency. Improving marketing and promotion of these two things is the key to bringing ecotourists to ecotourism areas. Through an integrated marketing communication model in managing ecotourism as a means of turtle conservation in Banggai Regency. (2) The integrated marketing communication model for turtle conservation ecotourism in Banggai Regency consists of: advertising via video, print media advertising, electronics, social media advertising and advertorial advertising. Direct marketing conveys information by word of mouth delivered face to face. Sales promotion using brand ambassadors originating from Luwuk. Personal selling through a soft opening event as the initial stage of opening turtle ecotourism which will take place April 21-26 2023. Interactive marketing, through social media for the turtle rainbow ecotourism manager (facebook, instagram and youtube). (Keywords: Ecotourism, conservation, integrated marketing communications) |