Perpustakaan
DESKRIPSI DATA LENGKAP
JudulPERNIKAHAN MATRIARKI (NYENTANA) DALAM HUKUM ADAT HINDU BALI DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER DI DESA PARISAN AGUNG KECAMATAN DAMPELAS
Nama: NATALIA DEWANTI
Tahun: 2025
Abstrak
ABSTRAK Natalia Dewanti, A32121014, 2025, “Pernikahan Matriarki (Nyentana) dalam Hukum Adat Hindu Bali di Tunjau dari Perspektif Gender di Desa Parisan Agung”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP Universitas Tadulako. Pembimbing Hasdin Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Pernikahan nyentana pada Hindu Bali dilihat dari perspektif gender di Desa Parisan Agung (2) Tantangan yang dihadapi laki- laki dalam perkawianan nyentana di Desa Parisan Agung. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 11 orang yaitu 7 pasangan yang melakukan pernikahan nyentana, 1 orang pemangku adat, 1 orang tokoh adat dan 2 masyarakat hindu bali. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara dan dokumentasi. Analisis dilakukan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian terkait pernikahan nyentana dalam Hukum Adat Hindu Bali di Tunjau dari Perspektif Gender di Desa Parisan Agung, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa (1) Pernikahan nyentana mencermintakan kesetaraaan gender hal ini di karenakan memberikan ruang yang sama bagi laki- laki maupun perempuan untuk mengapresiasikan dirinya dalam kehidupan di masyarakat dan berumah tangga,walaupun dalam pernikahan nyentana terjadi pertukaran status antara purusan dan pradana saat terjadi peminangan, tetapi dalam berumah tangga dikehidupan sehari-harinya tetap laki-laki sebagai kepala keluarga dan pihak perempuan tetap menjadi ibu rumah tangga, dimana dalam kehidupan rumah tangga pasangan suami istri tersebut sama-sama berjuang mencari nafkah untuk keluarganya. Dalam pernikahan nyentana anak laki laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama, saling mendukung dan saling melengkapi satu sama lain. (2) Tantangan yang dihadapi dalam pernikahan nyentana adalah perbedaan kasta sering dianggap sebagai penghalang pasangan dalam melakukan penikahan dimana terkadang pihak laki laki yang memiliki kasta yang lebih tinggi dibandingkan pihak perempuan tidak ingin nyerod atau turun kasta di kerenakan gengsi dan di pandang rendah oleh masyarakat. Selain itu seorang laki-laki yang memilih untuk melaksanakan pernikahan nyentana akan menerima kosekuensi yaitu kehilangan hak sebagai ahli waris di keluarga kandungnya. Laki-laki yang mau nyentana ke rumah perempuan akan menjadi menantu di keluaraga di perempuan dan tidak memperoleh hak atas warisan dari keluarga istrinya Kata Kunci : Pernikahan; Matriarki (Nyentana); Adat Hindu Bali

Sign In to Perpus

Don't have an account? Sign Up