JudulMakna Simbolik Penggunaan Segehan Pada Pelaksanaan Rahinan Kajeng Kliwon Di Desa Saribhuana Kecamatan Toili |
Nama: NI WAYAN YOGI ARTATI |
Tahun: 2024 |
Abstrak Ni Wayan Yogi Artati, 2024 “Makna Simbolik Penggunaan Segehan pada Pelaksanaan Rahinan Kajeng Kliwon di Desa Saribhuana Kecamatan Toili“. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Pembimbing (1) Gusti Ketut Alit Suputra. Permasalahan dalam penelitian ini 1) bagaimana bentuk segehan pada pelaksanaan rahinan kajeng kliwon. 2) apa makna simbolik segehan pada pelaksanaan rahinan kajeng kliwon. Tujuan penelitian ini 1) untuk mendeskripsikan bentuk segehan pada pelaksanaan rahinan kajeng kliwon. 2) untuk mendeskripsikan makna simbolik penggunaan segehan pada pelaksanaan rahinan kajeng kliwon. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan perekaman. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini segehan yang digunakan pada rahinan kajeng kliwon terdapat simbol nonverbal dan verbal. Simbol nonverbal terdapat 13 simbol terdiri dari: 1) taledan bentuk segitiga, 2) segehan putih, 3) segehan kuning, 4) segehan merah, 5) segehan hitam, 6) segehan panca warna, 7) garam 8) jahe, 9) bawang merah, 10) canag sari, 11) tetabuh, 12) tekep api, dan 13) tirta. Simbol verbal terdapat 7 simbol yaitu: 1) mantra segehan putih, 2) mantra segehan kuning, 3) mantra segehan merah, 4) mantra segehan hitam, 5) mantra segehan panca warna (brumbun), 6) mantra tirta, dan 7) mantra dupa. Mesegeh ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan menghidari dari ganguan para bhuta kala atau ganguan negatif. Kata kunci: simbol, makna, semiotik, kajeng kliwon, segehan. |